Selasa, 19 Juni 2018

Penerapan Model CTL Dalam Pembelajaran Sejarah


Penerapan Model CTL Dalam Pembelajaran Sejarah
I.       Pendahuluan
1.      Latar Belakang Masalah
Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan penting dan paling utama di sekolah, disamping proses pendidikanyang berlangsung di luar kelas, karena itu proses belajar mengajar selalu menjadi perhatian. Pengembangan kegiatan belajar mengajar di sekolah telah lama diupayakan, baik itu oleh pemerintah maupun para pegiat pendidikan, baik di Indonesia atau diluar negeri. Paradigma lama mengenai kegiatan mengajar hanyalah memandangnya sebagai proses transfer pengetahuan dari guru ke murid. Padahal mengajar lebih dari sekedar memberi pengetahuan ataupun memberi penjelasan kepada murid di depan kelas. Menurut Jean Piaget belajar lebih dari sekedar transfer pengetahuan dari  guru ke murid. Tapi di dalamnya juga berperan faktor subjekif siswa, yakni proses berfikir siswa dalam mengembangkan pemahamannya.
Penjelasan yang menyatakan bahwa mengajar adalah sama dengan bertutur (telling) sudah tidak dapat diterima oleh para ahli pendidikan dewasa ini sebab para peneliti di bidang psikologi tentang belajar mengajar telah menemukan sesuatu yang baru mengenai konsep mengajar. Konsep  lama mengenai mengajar yaitu menyampaikan informasi belaka sudah ditinggalkan, sebab dengan hanya sekedar menyampaikan informasi kepada siswa berarti baru menyentuh sebagian kecil saja dari tugas mengajar yang sebenarnya.menurut konsep modern tentang mengajar adalah hal yang menyebabkan siswa belajar dan memperoleh pengetahuan yang diharapkannya, keterampilan, dan juga cara-cara yang baik dalam hidup di masyarakat. (Wahab, 2009:6)
Dari penjelasan diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa mengajar dengan metode ceramah saat ini sudah ketinggalan zaman dan kurang efektif. Sementara metode ceramah dianggap sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman, maka bermunculanlah macam-maca model pembelajaran yang baru. Salah satunya Contextual learning.
Selama ini pemebelajaran sejarah selalu identik dengan pelajaran yang isinya penuh dengan crita-cerita sehingga seolah-olah model atau metode yang tepat dan praktis untuk digunakan adalah metode ceramah. Padahal pemebelajaran sejarah dengan model tersebut selama ini dianggap membosankan oleh peserta didik.maka itu harus digunakan model pembelajaran yang lebih modern, dalam pembahasan makalah ini akan dipilih model CTL atau Contextual Teaching and Learning.
2.      Rumusan Masalah
Dari pembahasan diatas maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana memilih pendekatan, strategi,  dan model pembelajaran saat menyusun rencana pembelajaran?
2.      Bagaimana  bentuk dan penerapan dari model CTL atau Contextual Teaching Learning?
3.      Bagaimana penerapannya dalam pembelajran sejarah?


II.    Pembahasan
1.      Memilih pendekatan, strategi dan model
Sebelum melakukan pembelajaran di kelas seorang guru harus membuat perancanaan pembelajaran yang baik agar pelajaran menjadi terarah dan efisien. Di dalam rencana pembelajaran terdapat model, pendekatan, strategi dan metode, keempatnya saling terkait dan menjadi desain utama dalam suatu rancangan pembelajaran.
Dalam memilih pendekatan, startegi dan model pembelajaran harus disesuaikan dengan dasar filosofis  dan tujuan pendidikan Nasional. Setiap bangsa dan negara memiliki nilai – nilai filosofis yang berbeda baik dalam dasar Negara maupun mental dan sikap bangsa. .“Perbedaan filsafat dengan sendirinya akan menimbulkan perbedaan dalam tujuan pendidikan, jadi juga bahan pelajaran yang disajikan, mungkin juga cara mengajar dan menilainya” (Nasution, 2009 hlm 11). Maka pembelajaran di sekolah-sekolah di Negara Indonesia haruslah berdasarkan dasar Negara Indonesia. Dasar Pendidikan di Indonesia telah diatur dalam Pasal 2 Undang Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem  Pendidikan Nasional bahwa  “Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia Tahun 1945” (dalam Ruhimat, 2006 hlm 214). Maka guru, dalam memilih pendekatan, strategi dan model pembelajaran harus mengandung nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, terjadi interaksi antara guru dengan para siswa dan antara siswa dengan siswa lainnya. Proses sosialisasi terjadi di kelas antar individu-individu yang berbeda. Dalam proses sosial yang terjadi tersebut semua individu saling berinteraksi untuk membahas satu topik yang sama dalam satu pola yang sama yang telah ditentukan oleh guru. Pola tersebut terbentuk dalam pendekatan strategi dan metode belajar. Dalam memilih pendekatan pembelajaran guru harus mempertimbangkan kondisi siswa dan lingkungan tempat belajar. Selain itu juga disesuaikan dengan materi yang akan dibahas. Di dalam buku strategi belajar mengajar yang ditulis oleh Djamarah dan Zain (1997), terdapat berbagai macam pendekatan diantaranya ; pendekatan individual, pendekatan kelompok, pendekatan bervariasi, pendekatan edukatif, pendekatan pengalaman, pendekatan pembiasaan, pendekatan emosional, pendekatan rasional, pendekatan fungsional, pendekatan keagamaan, dan pendekatan kebermaknaan.
Pemilihan strategi dan metode pembelajaran tak kalah pentingnya. Strategi  pembelajaran adalah “pola-pola umum kegiatan guru-anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan”(Djamarah dan Zain 1997 hlm 5). Sedangkan metode mengajar ialah “cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”(Sudjana, 1998 hlm 76). Dalam pemilihan pendekatan strategi dan metode disesuaikan dengan beberapa hal sebagai berikut;
1)      Tujuan pembelajaran atau tujuan pendidikan yang ingin dicapai
2)      Peranan guru dan siswa yang diharapkan dalam mencapai tujuan pembelajaran
3)      Karakterisitik mata pelajaran atau bidang studi
4)      Kondisi lingkungan belajar, yaitu keadaan lingkungan serta sarana dan waktu pembelajaran yang tersedia. (Ruhimat, 2006 hlm 216)

2.      Model Pembelajaran Kontekstual (CTL)
Pengalaman adalah guru yang baik. Karena itu kita harus belajar dari pengalaman. Seperti yang dikatakan Djamarah dan Zain (1997 hlm 70), “Pengalaman adalah guru yang tanpa jiwa, namun selalu dicari oleh siapapun juga. Belajar dari pengalaman adalah lebih baik daripada sekadar bicara, dan tidak pernah berbuat sama sekali”.
Model CTL atau Contextual Teaching and Learning membawa pengalaman kedalam pengajaran di kelas dimana guru mengaitkan antara materi yang dipelajari di kelas dengan konteks kehidupan siswa sehari – hari. “Dalam pembelajaran kontekstual ada tujuh prinsip pembelajaran yang harus dikembangkan oleh guru, yaitu : 1) konstruktivisme, 2) menemukan (Inquiry), 3) bertanya, 4) masyarakat belajar, 5) pemodelan, 6) refleksi, dan 7) penilaian sebenarnya” (Ruhimat, 2006 hlm 206).
a)      Konstruktivisme
“Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) dalam pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas” (Ruhimat, 2006 hlm 206). Jadi pada tahap konstruktivisme ini guru memberikan bekal pengetahuan mengenai seperangkat fakta, konsep dan teori yang  menjadi landasan  konten pembelajaran yang akan dibahas. Bekal pengetahuan tersebut untuk mengkonstruksi pengetahuan siswa. “Dalam belajar konstruktivistik guru atau pendidik berperan membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar”(Budiningsih, 2005 hlm 59).
b)      Inquiry (Menemukan)
Setelah siswa diberi landasan penegtahuan sebagai modal mereka berfikir, kemudian pembelajaran masuk ke dalam tahap inquiry/menemukan. Menemukan merupakan tahapan inti dari pendekatan CTL. Dalam tahapan ini siswa diberi kesempatan untuk menegmbangkan penegtahuannya melalui proses belajar mandiri. Siswa ditantang untuk mencari dan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru dan mengembangkan pemahamannya mengenai konten yang sdang dibahas. “artinya proses inquiry mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan problema, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan sebagainya”(Suryosubroto, 1997 hlm 193). 
c)      Bertanya
Dalam proses siswa melakukan inquiry tentu akan ada hal-hal yang kurang dimengerti oleh siswa, karena itulah siswa diberi kesempatan untuk bertanya. Tugas guru adalah membimbing siswa melalui pertanyaan yang diajukan untuk mencari dan menemukan kaitan antara konsep yang dipelajari dalam kaitan dengan kehidupan nyata. “Sebab itu tugas mengajar ialah membina rangkaian pengalaman yang dapat menjadi sumbu pengetahuan dan keterampilan pelajar”(Surakhmad, 1979 hlm 52)
d)     Masyarakat Belajar (Learning Community)
Maksud dari masyarakat belajar adalah kondisi proses belajar dikelas dalam suasana diskusi antar siswa. Menciptakan masyarakat belajar di kelas adalah tugas guru, dan kondisi seperti itu hanya dapat dilakukan oleh guru yang kreatif. Menurut Sudjana (1998 hlm 79) “diskusi adalah “tukar menukar informasi, pendapat, dan unsure-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan elbih teliti tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama”.
e)      Pemodelan (Modeling)
Tahap pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa bisa memenuhi harapan siswa secara menyeluruh, dan membantu keterbatasan yang dimiliki oleh para guru (Ruhimat 2006 hlm 211).
f)       Refleksi (Reflection)
Refelksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Dengan kata lain, refleksi adalah berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Siswa mengedepankan apa yang baru dipeljarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya (Ruhimat, 2006 hlm 212)
g)      Penilaian Sebenarnya (Authentic Assesment)
Dalam setiap model pembelajaran tentu harus ada tahap penilaian atau evaluasi. Evaluasi penting untuk mengukur tingkat keberhasilan belajar siswa. Witherington dan Burton (1986) mengatakan bahwa, “evaluasi atau penilaian terhadap pekerjaan di sekolah hendaknya merupakan suatu diagnosis yang lengkap. Suatu evaluasi yang lengkap tentang usaha mempelajari suatu mata pelajaran harus menyinggung berbagai aspek dari tingkah laku murid”.

3.      Penerapan Model CTL Dalam Pembelajaran Sejarah
Banyak orang mungkin akan kebingungan bagaimana melakukan pembelajaran model kontekstual terhadap materi pembelajaran sejarah yang kajiannya adalah masa lalu, sedangkan model kontekstual adalah model yang menghubungkan antara konteks kehidupan siswa saat ini dengan materi pembelajaran yang dipelajari. Namun sesungguhnya hal itu bisa dilakukan, jika guru tersebut kreatif dan mau berfikir.
Penerapan  Model Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran sejarah contohnya dalam materi mengenai zaman pra sejarah. Dalam materi mengenai hasil-hasil kebudayaan zaman pra sejarah guru dapat mengaitkan mengenai konsep bangunan punden berundak yang merupakan budaya asli nenek moyang Indonesia dengan bangunan yang ada disekitar lingkungan siswa.
Bangunan yang sangat akrab dilihat setiap hari oleh siswa salah satunya masjid. Bangunan masjid di Indonesia memiliki cirri khas yakni menggunakan bentuk punden berundak pada atapnya. Dengan begitu siswa dapat memahami mengenai warisan budaya lokal yang masih terjaga hingga kini dan menjadi ciri khas arsitektur bangunan yang ada di Indonesia.
III.    Kesimpulan
Sebagai tenaga pendidik guru harus memiliki kreatifitas dalam merancang suatu pembelajaran sejarah yang menarik bagi siswa. Agar penerapan pembelajaran sejarah lebih menarik, guru dapat memilih model-model pembelajaran yang saat ini lebih banyak dan beragam ditawarkan. Salah satunya Contextual Teaching and Learning. Penerapan model ini menghubungkan materi pembelajaran di kelas  dengan konteks kehidupan siswa sehari-hari. Dalam pembelajaran sejarah kita bisa menghubungkan antara yang terjadi dimasa lalu dengan dampaknya yang dirasakan siswa dalam kehidupannya saat ini






.
Daftar Pustaka
Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Nasution M.A. 2009. Asas – Asas Kurikulum. Jakarta : Bumi Aksara
Sudjana, Nana. 1998. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo
Surakhmad, Winarno. 1979. Metodologi Pengajaran Nasional. Bandung : Penerbit Jemmars
Suryosubroto, B. 1997. Proses Balajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta  
Ruhimat, Toto dan Tim Pengembang MKDP Kurikulikulum dan Pembelajaran. 2006. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : UPI PRESS
Wahab, Abdul Azis. 2009. Mede dan mdel-mdel Mengajar. Bandung : Alfabeta.
Witherington, H. C. dan Burton, W.H. 1986. Teknik-teknik Belajar Mengajar. Bandung : Penerbit Jemmars.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar