Penerapan Model CTL Dalam
Pembelajaran Sejarah
I.
Pendahuluan
1.
Latar Belakang Masalah
Kegiatan belajar mengajar
merupakan kegiatan penting dan paling utama di sekolah, disamping proses
pendidikanyang berlangsung di luar kelas, karena itu proses belajar mengajar
selalu menjadi perhatian. Pengembangan kegiatan belajar mengajar di sekolah
telah lama diupayakan, baik itu oleh pemerintah maupun para pegiat pendidikan,
baik di Indonesia atau diluar negeri. Paradigma lama mengenai kegiatan mengajar
hanyalah memandangnya sebagai proses transfer pengetahuan dari guru ke murid.
Padahal mengajar lebih dari sekedar memberi pengetahuan ataupun memberi
penjelasan kepada murid di depan kelas. Menurut Jean Piaget belajar lebih dari
sekedar transfer pengetahuan dari guru
ke murid. Tapi di dalamnya juga berperan faktor subjekif siswa, yakni proses
berfikir siswa dalam mengembangkan pemahamannya.
Penjelasan yang menyatakan bahwa mengajar adalah
sama dengan bertutur (telling) sudah tidak dapat diterima oleh para ahli
pendidikan dewasa ini sebab para peneliti di bidang psikologi tentang belajar
mengajar telah menemukan sesuatu yang baru mengenai konsep mengajar.
Konsep lama mengenai mengajar yaitu
menyampaikan informasi belaka sudah ditinggalkan, sebab dengan hanya sekedar
menyampaikan informasi kepada siswa berarti baru menyentuh sebagian kecil saja
dari tugas mengajar yang sebenarnya.menurut konsep modern tentang mengajar
adalah hal yang menyebabkan siswa belajar dan memperoleh pengetahuan yang
diharapkannya, keterampilan, dan juga cara-cara yang baik dalam hidup di
masyarakat. (Wahab, 2009:6)
Dari penjelasan diatas
dapat kita tarik kesimpulan bahwa mengajar dengan metode ceramah saat ini sudah
ketinggalan zaman dan kurang efektif. Sementara metode ceramah dianggap sudah
tidak relevan dengan perkembangan zaman, maka bermunculanlah macam-maca model
pembelajaran yang baru. Salah satunya Contextual learning.
Selama ini
pemebelajaran sejarah selalu identik dengan pelajaran yang isinya penuh dengan
crita-cerita sehingga seolah-olah model atau metode yang tepat dan praktis
untuk digunakan adalah metode ceramah. Padahal pemebelajaran sejarah dengan
model tersebut selama ini dianggap membosankan oleh peserta didik.maka itu
harus digunakan model pembelajaran yang lebih modern, dalam pembahasan makalah
ini akan dipilih model CTL atau Contextual Teaching and Learning.
2.
Rumusan Masalah
Dari pembahasan diatas maka
disusunlah rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
memilih pendekatan, strategi, dan model
pembelajaran saat menyusun rencana pembelajaran?
2. Bagaimana bentuk dan penerapan dari model CTL atau
Contextual Teaching Learning?
3.
Bagaimana penerapannya dalam pembelajran
sejarah?
II. Pembahasan
1. Memilih pendekatan, strategi dan
model
Sebelum melakukan
pembelajaran di kelas seorang guru harus membuat perancanaan pembelajaran yang
baik agar pelajaran menjadi terarah dan efisien. Di dalam rencana pembelajaran
terdapat model, pendekatan, strategi dan metode, keempatnya saling terkait dan
menjadi desain utama dalam suatu rancangan pembelajaran.
Dalam memilih pendekatan, startegi
dan model pembelajaran harus disesuaikan dengan dasar filosofis dan tujuan pendidikan Nasional. Setiap bangsa
dan negara memiliki nilai – nilai filosofis yang berbeda baik dalam dasar
Negara maupun mental dan sikap bangsa. .“Perbedaan filsafat dengan sendirinya
akan menimbulkan perbedaan dalam tujuan pendidikan, jadi juga bahan pelajaran
yang disajikan, mungkin juga cara mengajar dan menilainya” (Nasution, 2009 hlm
11). Maka pembelajaran di sekolah-sekolah di Negara Indonesia haruslah
berdasarkan dasar Negara Indonesia. Dasar Pendidikan di Indonesia telah diatur
dalam Pasal 2 Undang Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional bahwa “Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia Tahun
1945” (dalam Ruhimat, 2006 hlm 214). Maka guru, dalam memilih pendekatan,
strategi dan model pembelajaran harus mengandung nilai-nilai Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945
Dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas, terjadi interaksi antara guru dengan para siswa dan antara
siswa dengan siswa lainnya. Proses sosialisasi terjadi di kelas antar
individu-individu yang berbeda. Dalam proses sosial yang terjadi tersebut semua
individu saling berinteraksi untuk membahas satu topik yang sama dalam satu
pola yang sama yang telah ditentukan oleh guru. Pola tersebut terbentuk dalam
pendekatan strategi dan metode belajar. Dalam memilih pendekatan pembelajaran
guru harus mempertimbangkan kondisi siswa dan lingkungan tempat belajar. Selain
itu juga disesuaikan dengan materi yang akan dibahas. Di dalam buku strategi
belajar mengajar yang ditulis oleh Djamarah dan Zain (1997), terdapat berbagai
macam pendekatan diantaranya ; pendekatan individual, pendekatan kelompok,
pendekatan bervariasi, pendekatan edukatif, pendekatan pengalaman, pendekatan pembiasaan,
pendekatan emosional, pendekatan rasional, pendekatan fungsional, pendekatan
keagamaan, dan pendekatan kebermaknaan.
Pemilihan strategi dan
metode pembelajaran tak kalah pentingnya. Strategi pembelajaran adalah “pola-pola umum kegiatan
guru-anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai
tujuan yang telah digariskan”(Djamarah dan Zain 1997 hlm 5). Sedangkan metode
mengajar ialah “cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan
siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”(Sudjana, 1998 hlm 76). Dalam
pemilihan pendekatan strategi dan metode disesuaikan dengan beberapa hal
sebagai berikut;
1) Tujuan
pembelajaran atau tujuan pendidikan yang ingin dicapai
2) Peranan
guru dan siswa yang diharapkan dalam mencapai tujuan pembelajaran
3) Karakterisitik
mata pelajaran atau bidang studi
4)
Kondisi lingkungan belajar, yaitu
keadaan lingkungan serta sarana dan waktu pembelajaran yang tersedia. (Ruhimat,
2006 hlm 216)
2. Model Pembelajaran Kontekstual
(CTL)
Pengalaman
adalah guru yang baik. Karena itu kita harus belajar dari pengalaman. Seperti
yang dikatakan Djamarah dan Zain (1997 hlm 70), “Pengalaman adalah guru yang
tanpa jiwa, namun selalu dicari oleh siapapun juga. Belajar dari pengalaman
adalah lebih baik daripada sekadar bicara, dan tidak pernah berbuat sama
sekali”.
Model CTL atau Contextual Teaching and Learning membawa
pengalaman kedalam pengajaran di kelas dimana guru mengaitkan antara materi
yang dipelajari di kelas dengan konteks kehidupan siswa sehari – hari. “Dalam
pembelajaran kontekstual ada tujuh prinsip pembelajaran yang harus dikembangkan
oleh guru, yaitu : 1) konstruktivisme, 2) menemukan (Inquiry), 3) bertanya, 4) masyarakat belajar, 5) pemodelan, 6)
refleksi, dan 7) penilaian sebenarnya” (Ruhimat, 2006 hlm 206).
a)
Konstruktivisme
“Konstruktivisme merupakan landasan berfikir
(filosofi) dalam pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia
sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas” (Ruhimat,
2006 hlm 206). Jadi pada tahap konstruktivisme ini guru memberikan bekal
pengetahuan mengenai seperangkat fakta, konsep dan teori yang menjadi landasan konten pembelajaran yang akan dibahas. Bekal
pengetahuan tersebut untuk mengkonstruksi pengetahuan siswa. “Dalam belajar
konstruktivistik guru atau pendidik berperan membantu agar proses
pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar”(Budiningsih, 2005 hlm
59).
b) Inquiry
(Menemukan)
Setelah siswa diberi landasan penegtahuan sebagai
modal mereka berfikir, kemudian pembelajaran masuk ke dalam tahap
inquiry/menemukan. Menemukan merupakan tahapan inti dari pendekatan CTL. Dalam
tahapan ini siswa diberi kesempatan untuk menegmbangkan penegtahuannya melalui
proses belajar mandiri. Siswa ditantang untuk mencari dan menemukan
pengetahuan-pengetahuan baru dan mengembangkan pemahamannya mengenai konten
yang sdang dibahas. “artinya proses inquiry mengandung proses-proses mental
yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan problema, merancang eksperimen,
melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan
dan sebagainya”(Suryosubroto, 1997 hlm 193).
c) Bertanya
Dalam proses siswa melakukan inquiry tentu akan ada
hal-hal yang kurang dimengerti oleh siswa, karena itulah siswa diberi
kesempatan untuk bertanya. Tugas guru adalah membimbing siswa melalui
pertanyaan yang diajukan untuk mencari dan menemukan kaitan antara konsep yang
dipelajari dalam kaitan dengan kehidupan nyata. “Sebab itu tugas mengajar ialah
membina rangkaian pengalaman yang dapat menjadi sumbu pengetahuan dan
keterampilan pelajar”(Surakhmad, 1979 hlm 52)
d) Masyarakat
Belajar (Learning Community)
Maksud dari masyarakat belajar adalah kondisi proses
belajar dikelas dalam suasana diskusi antar siswa. Menciptakan masyarakat
belajar di kelas adalah tugas guru, dan kondisi seperti itu hanya dapat
dilakukan oleh guru yang kreatif. Menurut Sudjana (1998 hlm 79) “diskusi adalah
“tukar menukar informasi, pendapat, dan unsure-unsur pengalaman secara teratur
dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan elbih
teliti tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan
bersama”.
e) Pemodelan
(Modeling)
Tahap pembuatan model dapat dijadikan alternatif
untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa bisa memenuhi harapan siswa secara
menyeluruh, dan membantu keterbatasan yang dimiliki oleh para guru (Ruhimat
2006 hlm 211).
f) Refleksi
(Reflection)
Refelksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru
terjadi atau baru saja dipelajari. Dengan kata lain, refleksi adalah berpikir
ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Siswa
mengedepankan apa yang baru dipeljarinya sebagai struktur pengetahuan yang
baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya
(Ruhimat, 2006 hlm 212)
g) Penilaian
Sebenarnya (Authentic Assesment)
Dalam setiap model pembelajaran tentu harus ada
tahap penilaian atau evaluasi. Evaluasi penting untuk mengukur tingkat
keberhasilan belajar siswa. Witherington dan Burton (1986) mengatakan bahwa,
“evaluasi atau penilaian terhadap pekerjaan di sekolah hendaknya merupakan
suatu diagnosis yang lengkap. Suatu evaluasi yang lengkap tentang usaha
mempelajari suatu mata pelajaran harus menyinggung berbagai aspek dari tingkah
laku murid”.
3. Penerapan Model CTL Dalam
Pembelajaran Sejarah
Banyak orang
mungkin akan kebingungan bagaimana melakukan pembelajaran model kontekstual
terhadap materi pembelajaran sejarah yang kajiannya adalah masa lalu, sedangkan
model kontekstual adalah model yang menghubungkan antara konteks kehidupan
siswa saat ini dengan materi pembelajaran yang dipelajari. Namun sesungguhnya
hal itu bisa dilakukan, jika guru tersebut kreatif dan mau berfikir.
Penerapan Model Contextual Teaching and Learning (CTL)
dalam pembelajaran sejarah contohnya dalam materi mengenai zaman pra sejarah.
Dalam materi mengenai hasil-hasil kebudayaan zaman pra sejarah guru dapat
mengaitkan mengenai konsep bangunan punden berundak yang merupakan budaya asli
nenek moyang Indonesia dengan bangunan yang ada disekitar lingkungan siswa.
Bangunan yang
sangat akrab dilihat setiap hari oleh siswa salah satunya masjid. Bangunan
masjid di Indonesia memiliki cirri khas yakni menggunakan bentuk punden
berundak pada atapnya. Dengan begitu siswa dapat memahami mengenai warisan
budaya lokal yang masih terjaga hingga kini dan menjadi ciri khas arsitektur
bangunan yang ada di Indonesia.
III. Kesimpulan
Sebagai tenaga pendidik
guru harus memiliki kreatifitas dalam merancang suatu pembelajaran sejarah yang
menarik bagi siswa. Agar penerapan pembelajaran sejarah lebih menarik, guru
dapat memilih model-model pembelajaran yang saat ini lebih banyak dan beragam
ditawarkan. Salah satunya Contextual Teaching and Learning. Penerapan model ini
menghubungkan materi pembelajaran di kelas dengan konteks kehidupan siswa sehari-hari.
Dalam pembelajaran sejarah kita bisa menghubungkan antara yang terjadi dimasa
lalu dengan dampaknya yang dirasakan siswa dalam kehidupannya saat ini
.
Daftar Pustaka
Budiningsih, C.
Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta : Rineka Cipta
Djamarah,
Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 1997. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Nasution M.A.
2009. Asas – Asas Kurikulum. Jakarta
: Bumi Aksara
Sudjana, Nana.
1998. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar.
Bandung : Sinar Baru Algesindo
Surakhmad,
Winarno. 1979. Metodologi Pengajaran
Nasional. Bandung : Penerbit Jemmars
Suryosubroto, B.
1997. Proses Balajar Mengajar Di Sekolah.
Jakarta : Rineka Cipta
Ruhimat, Toto
dan Tim Pengembang MKDP Kurikulikulum dan Pembelajaran. 2006. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung :
UPI PRESS
Wahab, Abdul
Azis. 2009. Mede dan mdel-mdel Mengajar. Bandung : Alfabeta.
Witherington, H.
C. dan Burton, W.H. 1986. Teknik-teknik
Belajar Mengajar. Bandung : Penerbit Jemmars.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar