Peristiwa Tanjung Priok
Dalam makalah
disebutkan bahwa Tanjung Priok
adalah salah satu wilayah basis Islam yang kuat di Jakarta.
Maka tingkat fanatisme Islam disini sangat kental sekali. Peristiwa Tanjung
Priok adalah pelanggaran HAM yang dilakukan aparat keamanan pada tanggal 12
September 1984 dalam upaya membubarkan demonstrasi yang terjadi di Tanjung
Priok. Peristiwa ini diawali oleh tindakan oknum ABRI, bernama Sersan Satu
Hermanu yang mendatangi mushala As-Sa’adah untuk menyita pamflet atau brosur
berbau ‘SARA’ yang memuat politik menentang pemerintah. Memang pada masa Orba
peran militer dalam kehidupan masyarakat sangat dominan, mulai dari
perpolitikan nasional sampai dengan wilayah pedesaan semuanya selalu dihiasi
dengan kehadiran dan keikutsertaan militer. Tujuannya adalah untuk
melanggengkan pemerintahan dari rezim yang berkuasa yang berasal dari kalangan
militer, yakni rezim Soeharto atau yang lebih dikenal rezim Orde Baru.
Peristiwa tanjung
Priok adalah salah satu contoh dari sekian banyak perisitwa berdarah di negeri
ini yang terjadi pada masa Orde Baru dimana militer memiliki andil besar dalam
mengakibatkan peristiwa tersebut menjadi begitu pelik dan menimbulkan banyak
korban. Perisitiwa Tanjung Priok adalah pelanggaran HAM yang terjadi akibat
dari sistem politik yang dibentuk oleh Soeharto dimana militer diberi kebebasan
dan kekuatan untuk ikut campur dalam segala sisi kehidupan masyarakat sipil.
Pada masa awal
pemerintahannya sampai pada pertengahan pemerintahannya Soeharto dikenal tidak terlalu
dekat dengan golongan Islam. Hal itu dapat tercermin diantaranya pada penerapan
asas tunggal Pancasila yang dipaksakan kepada seluruh ormas dan partai Islam.
Akibatnya hubungan anatar rezim penguasa dengan golongan Islam menjadi semakin
renggang. Bahkan penerapan Asas Tunggal Pancasila ini member dampak pada
peristiwa ini, seperti yang dikatakan oleh Fatwa (2005 : 173) bahwa “secara
tidak langsung penolakan masyarakat terhadap Asas Tunggal Pancasila inilah yang
menyebabkan memanasnya situasi”. Rezim Orde Baru adalah rezim yang berlindung
pada kekuatan kepitalis barat, maka itu sangat sekuler. Ideologi Islam dianggap
sebagai ancaman serius bagi kelangsungan rezim Soeharto.
Perisitiwa Tanjung
Priok diawali oleh peristiwa kecil yang sebenarnya bisa diselesaikan secara
musyawarah, namun menjadi besar karena arogansi militer yang tidak mau mengalah
ditambah fanatisme tinggi dari massa yang menjadi korban. Sikap kedua pihak
tersebut terbentuk dari suhu politik yang diciptakan di kalangan pejabat tinggi
dan tokoh – tokoh nasional. Seperti yang telah dijelaskan diatas keajdian di
perpilitikan nasional yang memberi dampak pada peristiwa ini yakni ide mengenai
pemberlakukan penerapan Asas Tunggal Pancasila dan Dwi fungsi ABRI yang memberi
ruang bagi militer untuk mengobok-obok kehidupan masyarakat sipil. Fakitor
ketiga yakni dominasi ekonomi dari segelintir golongan yang mengakibatkan
kecemburuan sosial, sedang pemnerintah pun dianggap lebih pro dan menguntungkan
segelintir golongan tersebut, yakni golongan kapitalis Barat dan China. Rakyat menganggap bahwa pemerintah
tidak lagi memihak kepada rakyat, maka sikap apatis kepada aparat pun muncul.
Jadi kesimpulannya
peristiwa Tanjung Priok adalah pelanggaran HAM yang dilakukan oleh aparat
militer dan merupakan dampak sosial secara tidak langsung dari kebijakan
politik pemerintah pada masa Orde Baru yang seringkali menekan kehendak rakyat
yang tidak sesuai dengan kepentingan rezim. Untuk kasus ini yang menjadi
pemicunya adalah kebijakan asas tunggal Pancasila.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar