Minggu, 24 Juni 2018

Peristiwa Tanjung Priok


Peristiwa Tanjung Priok
Dalam makalah disebutkan bahwa Tanjung Priok adalah salah satu wilayah basis Islam yang kuat di Jakarta. Maka tingkat fanatisme Islam disini sangat kental sekali. Peristiwa Tanjung Priok adalah pelanggaran HAM yang dilakukan aparat keamanan pada tanggal 12 September 1984 dalam upaya membubarkan demonstrasi yang terjadi di Tanjung Priok. Peristiwa ini diawali oleh tindakan oknum ABRI, bernama Sersan Satu Hermanu yang mendatangi mushala As-Sa’adah untuk menyita pamflet atau brosur berbau ‘SARA’ yang memuat politik menentang pemerintah. Memang pada masa Orba peran militer dalam kehidupan masyarakat sangat dominan, mulai dari perpolitikan nasional sampai dengan wilayah pedesaan semuanya selalu dihiasi dengan kehadiran dan keikutsertaan militer. Tujuannya adalah untuk melanggengkan pemerintahan dari rezim yang berkuasa yang berasal dari kalangan militer, yakni rezim Soeharto atau yang lebih dikenal rezim Orde Baru.
Peristiwa tanjung Priok adalah salah satu contoh dari sekian banyak perisitwa berdarah di negeri ini yang terjadi pada masa Orde Baru dimana militer memiliki andil besar dalam mengakibatkan peristiwa tersebut menjadi begitu pelik dan menimbulkan banyak korban. Perisitiwa Tanjung Priok adalah pelanggaran HAM yang terjadi akibat dari sistem politik yang dibentuk oleh Soeharto dimana militer diberi kebebasan dan kekuatan untuk ikut campur dalam segala sisi kehidupan masyarakat sipil.
Pada masa awal pemerintahannya sampai pada pertengahan pemerintahannya Soeharto dikenal tidak terlalu dekat dengan golongan Islam. Hal itu dapat tercermin diantaranya pada penerapan asas tunggal Pancasila yang dipaksakan kepada seluruh ormas dan partai Islam. Akibatnya hubungan anatar rezim penguasa dengan golongan Islam menjadi semakin renggang. Bahkan penerapan Asas Tunggal Pancasila ini member dampak pada peristiwa ini, seperti yang dikatakan oleh Fatwa (2005 : 173) bahwa “secara tidak langsung penolakan masyarakat terhadap Asas Tunggal Pancasila inilah yang menyebabkan memanasnya situasi”. Rezim Orde Baru adalah rezim yang berlindung pada kekuatan kepitalis barat, maka itu sangat sekuler. Ideologi Islam dianggap sebagai ancaman serius bagi kelangsungan rezim Soeharto.
Perisitiwa Tanjung Priok diawali oleh peristiwa kecil yang sebenarnya bisa diselesaikan secara musyawarah, namun menjadi besar karena arogansi militer yang tidak mau mengalah ditambah fanatisme tinggi dari massa yang menjadi korban. Sikap kedua pihak tersebut terbentuk dari suhu politik yang diciptakan di kalangan pejabat tinggi dan tokoh – tokoh nasional. Seperti yang telah dijelaskan diatas keajdian di perpilitikan nasional yang memberi dampak pada peristiwa ini yakni ide mengenai pemberlakukan penerapan Asas Tunggal Pancasila dan Dwi fungsi ABRI yang memberi ruang bagi militer untuk mengobok-obok kehidupan masyarakat sipil. Fakitor ketiga yakni dominasi ekonomi dari segelintir golongan yang mengakibatkan kecemburuan sosial, sedang pemnerintah pun dianggap lebih pro dan menguntungkan segelintir golongan tersebut, yakni golongan kapitalis Barat  dan China. Rakyat menganggap bahwa pemerintah tidak lagi memihak kepada rakyat, maka sikap apatis kepada aparat pun muncul.
Jadi kesimpulannya peristiwa Tanjung Priok adalah pelanggaran HAM yang dilakukan oleh aparat militer dan merupakan dampak sosial secara tidak langsung dari kebijakan politik pemerintah pada masa Orde Baru yang seringkali menekan kehendak rakyat yang tidak sesuai dengan kepentingan rezim. Untuk kasus ini yang menjadi pemicunya adalah kebijakan asas tunggal Pancasila.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar